Cerpen remaja
CERPEN REMAJA (Rabu, 21 Oktober 2020)
Assalaamu'alaikum Wr. Wb.
Allohumma sholli 'alaa Sayyidinaa Muhammad
Anak-anakku ...
Gimana kabar kalian hari ini? Masih sehat 'kan? Hari ini adakah yang tidak hadir di kelas? Hadir semua ya! Al-hamdulillaah.
Anak-anak, hari ini materi kita melanjutkan materi hari Senin kemarin tentang CERPEN. Sudah disiapkan catatannya? Silakan disimak materi lanjutannya!
(2) CERPEN REMAJA
Cerpen Remaja ditulis pengarang untuk dibaca para remaja. Sebagaimana Cerpen Anak, Cerpen Remaja muncul di media massa tertentu, halaman khusus remaja, di surat kabar,atau majalah umum yang menyediakan beberapa halaman Cerpen Remaja.
Cerpen Remaja lebih panjang dibandingkan dengan Cerpen Anak. Kalimat dalam Cerpen Remaja lebih luas dan umumnya berkisah tentang kehidupan remaja, misalnya konflik dengan orang tua, cinta terhadap teman seusia, dan persahabatan.
Perhatikanlah kutipan Cerpen Remaja berikut!
DI BALIK AWAN
Di balik awan. Ku menunggu itu datang. Kutatap langit berharap itu terjadi. Berharap dan terus berharap. Mimpi kecil yang masih berada di balik awan. Agar awan itu pindah dan mimpiku bisa jadi kenyataan.
Terlalu konyol kukatakan, tetapi itulah kenyataannya. Aku bernama Nur Faida, biasa dipanggil Faida. Aku ingin sekali mimpi kecilku itu terwujud. Aku sudah menunggu dari kecil hingga sekarang sudah kelas 9 SMP. Entah kenapa aku ingin sekali mimpi kecilku itu terwujud dan sekarang mimpi kecilku itu menjadi kenyataan.
Hari Jumat sepulang sekolah, aku pandang langit yang bersahabat denganku. Aku berlari secepat mungkin karena aku tidak mau temanku Ninda, memelukku dan aku tidak mau menjadi kue bercampur kopi. Begitulah masa remaja menurutku. Setiap ada teman berulang tahun, pastilah ujung-ujungnya orang yang berulang tahun itu akan ditaburi dan dilempari terigu, air, dan telur. Oleh karena itu, jadilah kue, dan tidak lupa disiram kopi. Aku beruntung sekali tidak terkena semua itu.
Kami sekelas pergi ke rumah Ninda. Saat kulihat Ninda, ada rasa iri di hatiku. Sejak kecil, ulang tahunku tidak pernah dirayakan oleh teman-temanku. Aku pernah merayakan ulang tahunku, tetapi hanya satu kali, itu pun aku rayakan bersama keluarga. Aku ingin sekali ulang tahunku dirayakan oleh teman-temanku. Aku selalu menunggu sampai sekarang ini. Aku paham bahwa tanggal lahirku selalu bertepatan dengan bulan puasa. Jadi, ulang tahunku sulit untuk dirayakan. Akan tetapi, aku ingin sekali ulang tahunku itu dirayakan walau ditunda waktunya.
Di rumah Ninda, kami menunggu dua teman yang akan membawa kue ulang tahun untuk Ninda. Banyak kegiatan yang temanku lakukan saat menunggu dua teman kami dan juga Ninda yang sedang mandi. Ada yang berbincang-bincang, main bersama, dan perbaiki jilbab.
Tidak lama kemudian, Atul dan Dillah datang membawakan kue ulang tahun berbentuk segi empat untuk Ninda. Teman-temanku pun menancapkan lilin. Betapa senangnya Ninda akan perayaan ulang tahunnya ini.
"Happy birthday, Ninda!", sorak semua temanku saat Ninda turun dari tangga rumahnya.
Ninda pun bergabung dengan kami. Kami menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun dan Ninda meniup lilin. Kemudan Ninda memotong kue ulang tahun yang dibeli dari kumpulan uang semua teman sekelas. Selanjutnya kami makan kue ulang tahun itu.
Beberapa waktu kemudian, Wawa, Ina, dan Icha yang sudah kuanggap sahabat, menancapkan lilin lebih dari delapan dengan api yang sudah berada di pucuknya dan menghampiriku.
"Faida, Selamat ulang tahun ya! Ulang tahunmu belum dirayakan waktu itu, kan?", kata Wawa yang berada di depanku dengan membawa kue ulang tahun.
Mereka menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun, dan aku meniup lilinnya. Aku sangat gembira sekaligus terharu. Aku ingin sekali menangis karena terlalu senang. Akan tetapi, kutahan air mataku agar tidak menangis. Wawa mencolek kue itu dan mengusapkannya ke mukaku. Astaghfirulloh, dengan cepat aku membalasnya. Akhirnya, kerudung kami menjadi kotor.
Alhamdulillaah, akhirnya mimpi kecilku sudah terwujud. Selang beberapa hari setelah itu, Wawa dan Ina memberi kado ulang tahun untukku. Aku sangat senang karena sekian lama ku menunggu, akhirnya terwujud juga. Aku sangat bersyukur karena mimpi kecilku itu sudah terwujud. Mimpi yang dulunya berada di balik awan, sekarang sudah menjadi kenyataan. Itulah mimpi kecilku, ingin merayakan ulang tahun dan diberi kado oleh teman-temanku.
(Karya Nur Faida, dikutip dari http/www.lokerseni.web.id/2013/01/dibalik-awan-cerpen-persahabatan-remaja.html, diunduh 17 Januari 2018)