Menulis cerpen
Assalaamu'alaikum Wr. Wb.
Anak-anakku semua, gimana kabar kalian? Masih bersemangat ikut BDR, 'kan? Al-hamdulillaah. Saya doakan semoga kalian menjadi anak sholih/sholihah dalam ridho-Nya. Aamiin3 YRA.
Sebelum kalian praktik menulis cerpen berdasarkan pengalaman dan gagasan dengan memerhatikan struktur dan kebahasaan teks cerpen, maka hari ini kita akan membahas tahapan-tahapan yang harus dilalui sebelum menulis cerpen. Silakan kalian siapkan alat tulis menulisnya ya!
Setiap orang pernah mengalami peristiwa menyenangkan dan tidak menyenangkan. Peristiwa tersebut dapat dituangkan menjadi sebuah cerita pendek. Pada dasarnya, langkah atau tahapan dalam menyusun cerpen, hampir sama dengan menyusun sebuah karangan. Adapun langkah atau tahapan dalam menyusun cerpen, sebagai berikut!
1. Menentukan TEMA
Tema disebut juga pokok pikiran. Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. Tema dalam cerita menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita. Tema dalam cerita pendek biasanya tentang cinta kasih, persahabatan, persoalan nasib, atau kehidupan rumah tangga.
2. Menentukan PUSAT PENGISAHAN (Sudut Pandang)
Pusat pengisahan adalah cara pengarang menempatkan diri terhadap cerita, dari sudut mana pengarang memandang ceritanya. Pengarang memiliki bermacam-macam teknik dalam menceritakan suatu cerita. Pengarang dapat memilih salah satu sudut pandang untuk menceritakan ceritanya.
3. Menentukan PERWATAKAN
Perwatakan berkaitan dengan sifat-sifat tokoh yang digambarkan dalam cerita oleh pengarang. Penggambaran tokoh-tokoh dalam suatu cerita dapat menggunakan dua metode, yaitu metode Analitik dan metode Dramatik.
a. Metode ANALITIK
Metode Analitik yaitu pengarang secara langsung memaparkan watak tokoh dengan cara menyebutkan sifat-sifatnya. Pengarang mencantumkan watak tokoh, misalnya keras kepala, sombong, rendah hati, dan pemalu.
Contoh :
Kuncoro sangat periang, tidak seperti Ririn yang pemurung. Entah mengapa, orang-orang mengatakan wajah Ririn murung. Padahal, Ririn tidak sedang bersedih hati atau punya masalah dengan orang tua. Mungkin saja Ririn berwajah murung karena ia tidak pernah memerhatikan ekspresi wajah yang berbeda-beda apabila mengalami sesuatu di hati. Sedih atau senang, ekspresi wajahnya tetap datar. (dikutip dari: Bamby Cahyadi, "Sepenggal Kisah" dalam Si Murai dan Orang Gila, Bunga Rampai Cerpen Panggung Sastra Komunitas Dewan Kesenian Jakarta; Jakarta, Kompas 2010)
b. Metode Dramatik
Metode Dramatik yaitu penggambaran watak tokoh yang tidak diceritakan secara langsung oleh pengarangnya, tetapi disampaikan melalui aspek-aspek seperti berikut!
(1) Pilihan Nama
Pilihan nama Nila, Seto, dan Mimi dapat diketahui bahwa tokoh tersebut merupakan orang yang berasal dari lingkungan lebih modern.
Contoh :
Nila bangkit dari duduk. "Kuambilkan gula di pantry, mbak Mimi?"
"Oh, tidak usah".
"Ayolah, Seto! Daripada kopiku nanti kamu buang".
(dikutip dari: Kurnia Effendi, "Roti Tawar" dalam Kumpulan Cerpen Jl. Asmaradana, Jakarta, Kompas 2005)
(2) Penggambaran Fisik (misalnya: cara berpakaian, postur tubuh, dan reaksi antartokoh)
Contoh :
Anita datang ke Tokyo tepat saat musim gugur berakhir. Dengan mantel yang tampak berat untuk tubuh mungilnya, serta sepatu bot setinggi lutut, ia keluar dari kereta dan masuk ke aliran manusia yang tumpah melalui pintu Stasiun Shibuya. Udara dingin yang berembus dari utara terasa sangat dingin. Anita mencopot earphone di telinganya, mematikan musik dan berdiri di tepi persimpangan, tanpa maksud menyeberang.
(dikutip dari: Eka Kurniawan, "Hachio dan Luka yang Setia" dalam Cerita Cinta Indonesia 45 Cerpen Terpilih, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2014)
(3) Pengambaran melalui Cakapan (baik dialog maupun monolog)
Watak tokoh cerita dapat diketahui berdasarkan dialog antartokoh dalam cerita.
Contoh :
"Jadi, anak-anak Mak Saniah sebetulnya sudah melarang dia berjualan. Tapi Mak Saniah tetap membandel," kata Asyura menutup cerita panjang lebarnya.
(dikutip dari: Aba Mardjani, "Kue Gemblong Mak Saniah" dalam dodolit dodolit dodolibret Cerpen Pilihan Kompas 2010, Jakarta, Kompas, 2011)
4. Menetukan LATAR atau SETTING
Latar merupakan keterangan tempat atau ruang, waktu, dan suasana yang terjadi dalam cerita. Pengarang harus menentukan tempat, waktu, dan suasana yang akan digambarkan dalam cerpen yang dibuatnya.
5. Menyajikan Peristiwa yang ditentukan dalam ALUR CERITA
Alur Cerita adalah jalinan atau rangkaian peristiwa dalam suatu cerita yang memiliki hubungan sebab akibat. Alur terbagi menjadi lima tahap:
a. Tahap Penyituasian
Tahap ini merupakan tahap pembuka cerita, pemberian informasi awal, terutama berfungsi melandasi cerita yang dikisahkan untuk tahap berikutnya.
b. Tahap Pemunculan Konflik
Tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik. Konflik itu sendiri akan berkembang menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya.
c. Tahap Peningkatan Konflik
Konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang. Peristiwa-peristiwa yang menjadi inti cerita semakin mencengangkan dan menegangkan.
d. Tahap Klimaks
Konflik-konflik yang terjadi atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh-tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama.
e. Tahap Penyelesaian
Konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendurkan. Konflik-konflik tambahan (jika ada) juga diberi jalan keluar, lalu cerita diakhiri. Tahap ini disesuaikan dengan tahap akhir di atas.
Nah, kalian sudah paham 'kan? Al-hamdulillaah. Untuk selanjutnya, kalian siapkan oret-oretan pengalaman pribadi kalian. Pertemuan hari Rabu kita mulai praktiknya. OK
Wassalaamu'alaikum Wr. Wb.